Coaching, mungkin kita sudah sangat sering mendengar kata tersebut. Sebagai leader , konon kita dituntut untuk melakukan coaching bagi tim kita. Pernah saya mendengar kalimat seperti ini, “ coaching itu harusnya dilaksanakan oleh supervisor , kalau sudah sampai manager , sudah parah masalahnya.” Dalam berbagai diskusi-diskusi ringan seringkali juga muncul kesimpulan bahwa coaching diperuntukan hanya untuk "anak-anak bandel" yang butuh sentuhan "guru BP". Karena kesan coaching sebagai ritual bagi karyawan-karyawan bermasalah itulah muncul malu, atau bahkan rasa takut saat seseorang di- coach oleh atasannya. Saya pernah melihat hal seperti ini saat saya terlibat dalam proses pengembangan kompetensi agen sebuah contact center . Beberapa kalimat yang sering saya dengar saat itu seperti, "duh, gue salah nih.. jadi deh kena coaching ", atau kalimay lain seperti, "itu, dipanggil aja.. biar di- coaching sama ibu (sebut aja mawar 😃😃)", atau ...